Selasa, 21 April 2015

Patok Pontianak Nol Kilometer

 

Patok Pontianak  Nol  Kilometer


Cuaca sangat cerah siang kemarin.
Setelah melihat festifal kulminasi di kawasan tugu khatulistiwa.
Kami pun singgah ke Pasar Siantan. Bukan maksud untuk menyantap makan siang, berbelanja di pasar tradisional atau bersantai di salah satu warung kopi.
Patok Nol Kilometer Kota Pontianak yang kami tuju.



 

Yuph’ Patok setinggi 1,26 meter dengan diameter 27 cm dan berbentuk  empat persegi panjang. Setidaknya ada tiga bagian bentuk patok yang terbuat dari batu cor ini. Bentuk bagian yang pertama, yang paling atas,  setinggi 29 cm, mengarah kearah utara  dan terdapat Tulisan PTK  O.
Bagian kedua, setinggi 62 cm, terdapat dua sisi muka. Masing-masing dengan ukuran yang lebih kecil. Sisi yang mengarah ke timur laut bertuliskan PTK O, yang berarti menunjukkan titik nol kilometer Kota Pontianak. Sisi satunya, yang mengarah ke barat laut terdapat tulisan MPW 67, yang  berarti  jarak dari Patok ini ke kota Mempawah sejauh 67 km.
Dan bagian yang ketiga, bagian paling bawah dari patok, berbentuk empat persegi panjang sama sisi. Setinggi 32 cm dengan panjang masing-masing sisi 62 cm.
Secara administratif  patok  tanda nol kilometer  kota Pontianak ini berada di Kelurahan Siantan Tengah, Kecamatan Pontianak Utara. Terletak di pasar Siantan tak  jauh dari Steigher dermaga feri penyeberangan Bardan Siantan.
Jika kita menggunakan kapal feri penyeberangan dari arah alun-alun kapuas, posisi patok ini berada di sebelah kanan Steigher dermaga. Tempatnya tak seberapa jauh dari gapura berwarna biru, dekat sebuah warung kelontong. Dan jika kita dari arah pasar siantan, patok ini berada di sebelah kiri.
Fungsi dari patok Nol kilometer ini adalah untuk penanda jarak antar kota. Dari titik inilah jarak antar kota di tentukan. Sehingga tentunya keberadaan patok ini jangan berubah. Karena jika sampai patoknya berubah, maka dapat dipastikan jarak antar suatu kota juga akan berubah.
Namun, sayang, keadaan patok dalam kondisi yang sangat perlu untuk diperhatikan. Dan agak sulit juga ketika kali pertama mencari  keberadaannya. Tentu akan sangat lebih bermanfaat dan menarik bila patok ini lebih dirawat dan diperbaiki. Serta diberi informasi singkat yang berkenaan dengan keberadaan tugu ini. (dimuat di harian Borneo Tribune, Selasa, 23 Oktober 2012)