Awak datang’ kame menyambot. Di
istana Kesultanan Pontianak
Terlihat jelas kalimat tersebut
di Gapura pintu masuk jalan Tanjung raya
menuju istana Kesultanan
Pontianak.
Selepas melewati simpang empat
lampu mera , tak jauh dari jembatan Kapuas I.
Kemudian jalan lurus hingga
diujung jalan berbelok kearah kiri, tepat selepas kantor kelurahan Kampung
Dalam Bugis. Terus menyusuri jalan aspalnya, diujung jalan sebelah kiri
perhatikan lebih seksama
pandangan anda.
Kesan kokoh dan bersahaja mungkin
akan anda rasakan begitu melewati tembok dan memasuki kawasan Istana Kadriah
ini. Pada tempo dulu Istana Kadriah merupakan Pusat Pemerintahan Kesultanan Pontianak. Cikal
bakal awal mulanya didirikan oleh Sultan
Syarif Abdurrachman Alkadri sejak tahun 1771.
Melangkahlah perlahan melewati pintu
gerbang istana berbentuk lengkung, dengan ketebalan tembok beton sekitar 1
meter ini. Bayangkan seolah kita berada di zaman Kesultanan. Di sebelah kiri dan kanan pintu gerbang utama
ini terdapat dua buah meriam Potugis. Dan di bagian atasnya, terdapat semacam
balkon/anjungan berbentuk limas yang berfungsi sebagai tempat penjagaan
prajurit.
Setelah melewati pintu gerbang utama,
memasuki halaman depan istana terdapat
tiang bendera Kesultanan setinggi kurang lebih 5-8 meter, terbuat dari batang
kayu belian. Sejarah mencatat, tiang ini didirikan pada hari Senin tanggal 19
januari 1845, saat Syarif Oesman
bertahta sebagai Sultan Pontianak.
Tak seberapa jauh dari tiang bendera Kesultanan
ini, tepat di depan bangunan istana terdapat satu meriam kecil berwarna kuning.
Beberapa menyebutnya ‘meriam
timbul’. Mengapa di sebut meriam timbul?
Ada cerita yang mengatakan konon meriam ini
timbul terapung di Sungai Kapuas.
Kemudian ditemukan oleh Sultan Syarif
Abdurahman dan diangkat ke istana. Berfotolah tepat dibelakang atau di
sampingnya dengan jarak kamera 3-4 meter di hadapan anda. Bukan karena sesuatu
atau lain hal, namun pada posisi berfoto seperti ini keseluruhan bangunan
istana akan nampak terlihat. Kesan megah dan anggun akan terpancar pada foto.
Dari sini kemudian kita dapat memasuki
istana. Terdapat sembilan anak
tangga, karena itulah terkadang disebut juga dengan ‘tangga
sembilan’. Setelah tangga Sembilan
ini, kita akan memasuki ruang
tangga/beranda yang luas. Beberapa waktu lalu disebelah kanannya terdapat satu
rangkai bangku dan meja. Pada bagian
atas ruang tangga/beranda, terdapat
sebuah Anjungan. Di bangun oleh Sultan Syarif
Muhammad. Anjungan ini selain sebagai tempat istirahat Sultan beserta keluarganya. Juga
berfungsi sebagai tempat pemantauan terhadap keadaan sekeliling dan
pemberitahuan.
Bangunan yang istana Kadriah yang nampak
sekarang ini merupakan bentuk bangunan terakhir yang di bangun/direnovasi oleh
Sultan Muhammad AlKadri pada tahun 1923. Dimana ada perubahan pada bagian depan
dan tangga masuk. Sebelumnya tidak terdapat anjungan dan bagian atas tangga
masuk. Secara keseluruhan bangunan
istana Kadriah Kesultanan Pontianak ini terdiri atas 2 lantai. Terdiri atas lima ruangan pokok. Yakni
; anjungan, balairung, ruang singgasana, kamar kerja Sultan, dan kamar tidur Sultan
berserta keluarganya.
Balairung atau ruang pertemuan. Biasanya untuk
tempat upacara agama, tradisi dan juga tempat Sultan mengadakan pertemuan
apabila Sultan menerima tamu, penyerahan kerjasama ekonomi atau kunjungan
kerhormatan. Diruang ini juga terdapat ruang singgasana, dimana terdapat dua kursi
tempat duduk Sultan dan permaisuri. Singgasana ini dihiasi dengan lambang bulan
bintang sebagai lambang Kesultanan islam. Keberadaan ruang-ruang ini kini
difungsikan menjadi ruang koleksi istana kadriah.Di mana didalamnya dapat kita ditemui
peninggalan-peninggalan Kesultanan seperti kursi singgasana, pakaian, cermin
kaca seribu, keris, meja giok, koleksi tahta, foto keluarga, foto pertemuan
kerajaan se nusantara, meriam dan sebagainya.
Pada
sisi kanan dan kiri ruang singgasana ini terdapat enam buah ruang kamar.
Kamar kerja Sultan, terdapat di sebelah kanan dan kirinya . Di sebelah kanan,
dari arah pintu masuk biasanya sebagai ruang kerja. Dan ruang kiri sebagai
tempat shalat Sultan. Kini di ruangan sebelah kanan tersebut terdapat tempat
tidur, yang dahulunya tempat tidur Sultan. Ruangan -ruangan lainnya merupakan
kamar tidur para keluarga. Sedang di
bagian belakang dari balairung atau ruang pertemuan dahulunya difungsikan
sebagai ruang makan dan dapur serta kamar mandi .
Berdiri 1,5
m dari permukaan tanah , terbuat dari kayu belian, dilapisi cat kuning yang
melambangkan kebesaran Kesultanan Melayu. Sudah berkali-kali juga saya mengunjungi bangunan istana
ini, untuk mengantar kerabat atau
kawan yang datang. Ada beberapa alasan,
pertama, tentu karena memiliki keunikan (uniqueness) sebagai warisan
sejarah. Dengan luas bangunan 1.220 m2
menjadikannya sebagai bangunan istana terbesar di Kalimantan Barat. Kedua, karena ada sebuah kesadaran kesejarahan (historical consciousness).
Secara administratif, Istana Kadriah
berada di kelurahan Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur ini. Dapat
dicapai dalam waktu kurang lebih 15 menit dari pusat Kota Pontianak. Dengan mengunakan kendaraan roda 2 atau roda
4 dapat di capai melalui jembatan Kapuas I. Atau bila melalui kawasan Pasar
Parit besar/pelabuhan Sheng Hie dengan menggunakan perahu sampan.
Berhadapan dengan
bangunan Istana ini terdapat Masjid Jami
Pontianak.
[Dimuat di
Borneo Tribune, Senin-Selasa, 29-30 Oktober 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar