Ada ungkapan yang mengatakan ’belum ke Pontianak bila belum ke Mesjid Jami’.
Alasannya
sederhana saja, karena bangunan inilah yang pertama kali di bangun.
Dan
kemudian menjadi cikal bakal daerah ini menjadi kota
Pontianak.
Setelah mengambil air wudhu di beranda
sebelah kanan, lalu 2 rakaat tahiyatul
mesjid. Kesan tenang dan tentram mungkin akan anda rasakan. Bagaimana tidak?
secara material, jarak lantai mesjid dengan langit-langit membuat tinggi
bangunan di dalam mesjid ini memberikan ventilasi, sirkulasi udara yang sangat
baik. Di serambi mesjid tak seberapa jauh dari tempat mengambil air wudhu,
terdapat sebuah beduk besar dari kayu belian, dengan 4 tiang kayu penyangga.
Berada di kawasan tanah delta sungai,
pondasi-pondasi mesjid ini berada
sekitar satu meter dari permukaan tanah. Diluar ruangan terdapat tiang-tiang
pinggir yang berfungsi sebagai penyangga atap, kusen pintu, jendela, serta serambi. Pada bagian atas
jendela terdapat kaca-kaca kristal berwarna merah, biru, hijau dan merah muda. Coba anda perhatikan sejenak bentuk serta
ukuran pintu dan jendela mesjid. Cukup
besar’ mungkin sedikit banyak mirip dengan pintu bergaya eropa.
Bangunan mesjid ini ditopang atas enam tiang penyangga utama. Terdiri dari
kayu belian utuh berbentuk bulat, dengan garis tengah sekitar 60cm. Juga
terdapat 14 buah tiang pembantu berbentuk segi empat. Didalam mesjid sendiri terdapat mimbar yang
diatasnya terdapat papan bertuliskan huruf arab yang menyatakan bahwa mesjid
ini dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari selasa bulan Muharram tahun
1237 H.
Mesjid Jami Pontianak, sebagai tempat
beribadah pertama kali dibangun tahun
1771. Berdiri di lahan seluas 6.755 m2, dengan luas
bangunan mesjid 922,91 m2 (panjang 33,27m x
lebar27,74 m). Pada bulan Muharam 1237 H atau pada tahun 1821 masehi. Sultan Syarif Usman, yang kala itu sebagai
sultan ke tiga, membangun kembali
bangunan mesjid Jami’ ini. Berbagai penyempurnaan pembangunan oleh para Sultan
setelahnya menjadikan bangunan mesjid
seperti yang dapat kita lihat seperti sekarang ini.
Ketika nanti ada kesempatan (lagi) anda berkunjung ke mesjid jami
ini. Dari halaman atau kejauhan cobalah perhatikan bagian atas bangunan. Maka
anda akan melihat salah satu yang menjadi ciri khas mesjid ini. Yakni atap mesjid jami yang terdiri dari
empat tingkat. Dengan berbahan sirap
bangunan atapnya makin ke atas semakin kecil.
Pada setiap tingkatan atap terdapat
jendela berukuran kecil. Dan atap yang paling atas berbentuk kubah.
Bentuk ini memiliki kesesuaian dengan bagian atas istana kesultanan al Kadriah.
Terletak di sebelah Timur sungai
Kapuas Besar. Di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak timur. Tepatnya di depan Istana Kadriah. Mesjid Jami’ dapat
dijangkau dengan menggunakan sampan dari Parit Besar/Pelabuhan Seng Hie atau
dengan kendaraan pribadi mobil dengan melewati
jembatan Kapuas I. [dimuat di Borneo Tribune, Rabu, 24 Oktober 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar