Tinggi menjulang beragam ukuran, berbentuk bambu runcing,
berwarna kuning dan berjumlah sebelas.
Terlihat begitu kokoh berdiri menancap di bumi.
Menandakan begitu kokoh perjuangan yang dilakukan.
Pagi menjelang siang, disekitaran
tugu digulis, nampak beberapa orang dalam kelompok tengah bersiap-siap. Ada
yang membentangkan spanduk, ada yang membawa bendera merah putih. Beberapa juga
membawa atribut, sebagian dari mereka mengikat kepalanya dengan syal berwarna
merah-putih.
Saya pun menghentikan laju sepeda
yang saya kayuh. Menyandarkan sepeda di sisi barat daya dari tugu tersebut
Tak seberapa lama, seorang yang
membawa pengeras suara maju kedepan. Kelompok itu bergerak, lebih mendekati bangunan
tugu. Nampak begitu bersemangat. Panjang lebar ia berorasi dan ramai kelompok
itu beriuh reda. Sesekali terdengar tentang kesejahteraan, reformasi, dan
banyak lainnya. Ada juga beberapa kata yang
saya tangkap, tentang pemuda, sejarah, dan perjuangan.
Benak saya pun sekilas terbayang akan
jejak rekam sejarah dan perjuangan yang membuat tugu ini ada. Tugu Digulis
Kalimantan Barat.
Sejarah mencatat, bermula dari terbentuknya Sarikat Islam tahun 1914
di Ngabang. Kemudian pembentukkan Partai Sarikat Islam 1923. Menjadi salah satu
bagian penting dalam sejarah pergerakan perjuangan rakyat Kalimantan Barat.
Karena khawatir pergerakan mereka akan memicu pemberontakan
terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan ini. Seperti yang telah terjadi di Jawa
dan Sumatera. Pemerintahan Hindia Belanda kemudian menangkap sejumlah tokohnya.
Kemudian dibuang ke Boven Digul, di Papua. Dari nama tempat pembuangan penjara
alam itulah, kemudian tugu ini disebut dengan Tugu Digulis.
Tiga dari meraka meninggal pada saat menjalani pembuangan di Boven Digoel, lima dari para tokoh
tersebut wafat dalam Peristiwa Mandor
dan tiga orang lainnya meninggal karena sakit. Untuk menghormati dan mengenang
kesebelas tokoh tersebut.
Nama-nama mereka juga diabadikan sebagai nama jalan di wilayah
Kota Pontianak. Kesebelas tokoh itu adalah : Moehammad Sohor, asal Ngabang ; Moehammad
Hambal alias Bung Tambal, asal Ngabang; Gusti Djohan Idrus, asal
Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel. Haji Rais bin H. Abdurahman,
asal Ngabang; Gusti Soeloeng Lelanang, asal Ngabang ; Gusti Moehammad Situt
Machmud, asal ngabang ; Gusti Hamzah, asal Ketapang ; Achmad Su'ud bin Bilal Achmad, asal Ngabang,
wafat dalam Peristiwa Mandor; serta Ya'
Moehammad Sabran, asal Ngabang ; Jeranding Sari Sawang Amasundin alias
Jeranding Abdurrahman, asal Melapi, Kapuas Hulu, meninggal karena sakit di
Putussibau; Achmad Marzuki, asal Pontianak, meninggal karena sakit dan
dimakamkan di makam keluarga.
Keberadaan Tugu Digulis sendiri tercatat mulai
dibangun pada tahun 1986. Diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat H.
Soedjiman, 25 tahun lalu, tepatnya pada
10 November 1987. Awalnya berbentuk sebelas tonggak menyerupai bambu runcing
berukuran tinggi tertentu, dan berwarna kuning polos. Pada tahun 1995, monumen
ini dicat ulang dengan warna merah-putih. Kemudian, pada tahun 2006 dilakukan renovasi
dan pengecatan ulang kembali, sehingga berbentuk seperti saat ini.
Berada di areal kurang lebih seluas 1779 meter persegi (dengan
diameter 47,4 meter). Di sekitaran sebelas bambu runcing ini juga terdapat
taman yang memberi nuansa sejuk. Dan karena berada
disalah satu jalan utama kota Pontianak, menjadikan kawasan ini sebagai salah
satu tempat yang sangat strategis. Maka tak jarang aksi demonstrasi, unjuk rasa
juga dilakukan di kawasan ini. Secara Administratif sekarang ini masuk ke dalam
wilayah Kelurahan Bangka Belitung Darat Kecamatan Pontianak Tenggara.
‘jas merah-jas merah’… sekali dua kali saya juga sempat
mendengar slogan itu di antara orasi. ‘Jas merah! Jangan sesekali melupakan
sejarah. Jangan sesekali melupakan sejarah’. Saya pun terenyuk dengan kata-kata
itu. Bagaimana mungkin kita melupakan sejarah, bila kita belum mengetahui
sejarahnya. Bagaimana kita mengetahui sejarahnya, bila kita belum mendapatkan
informasi tentang sejarah itu. Keberadaan tugu Digulis ini menjadi salah satu
nya. Sampai saat ini kita belum mendapat infomasi yang terpampang di sekitaran
kawasan tugu. Yang secara sederhana menjelaskan latar belakang sejarah
berkenaan dengan keberadaan tugu ini. Semoga perjalanan kali ini membawa
manfaat. [dimuat di
Borneo Tribune, Sabtu,10
November 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar