Sore itu tampak
beberapa kapal barang tradisional sedang bongkar muat.
Memindahkan
barang-barang yang di bawanya ke dalam
truk ukuran sedang.
Di areal parkir
pelabuhan, beberapa truk nampak
bersiap-siap.
Di antara hiruk pikuk
pelabuhan, terlihat beberapa pria setengah baya asyik memancing.
‘dah banyak dapat
bang?’ tanya saya. Belum katanya singkat.
Saya pun beranjak
menuju arah pintu depan, mencari prasasti pelabuhan.
Agak tersembunyi juga
letaknya. Berada diantara tiang bendera,
tak seberapa jauh
dari pagar kawat yang memisahkan jalan
dengan pelabuhan.
Pada prasasti dari
batu marmer berwarna hitam tertulis
‘Pangkalan
Seng Hie.
Pelabuhan Niaga Tertua
di Kota Pontianak’
Tak terdapat informasi yang
menjelaskan kurun waktu tertentu atau kapan pertama kali pelabuhan ini ada.
Atau bagaimana sejarah dan keberadaan pelabuhan ini. Yang jelas penamaan pelabuhan ini tidak terlepas dari nama seorang pengusaha keturunan Cina bernama Than
Seng Hie. Seorang pengusaha di bidang hasil bumi.
Setelah sekian lama melakukan
kegiatan perdagangannya, sekitar tahun 1930-an usaha yang dibangunnya mengalami
kemunduran. Sehingga kemudian ia menjual rumah dan tanahnya kepada pihak
keuskupan Pontianak.
Yang diperkirakan pada masa kepemimpinan Uskup Mosieur Pasisficus Bosch.
Rumah kediaman Than Seng Hie sendiri, kemudian menjadi R C Vicarage
and Chinesechapel. Sekarang menjadi gereja gembala baik, setelah mengalami
renovasi dan pemugaran besar-besaran pada tahun 1981.
Berdasarkan Platte Grond Van de
Hoofdplaats Pontianak, 1 Maart 1934 (peta Pontianak 1934). Kawasan pelabuhan Seng Hie
ini berada di Kapoeas weg. Terusan
dari Pasar Besar weg (kedua jalan
tersebut kini menjadi jalan Sultan Muhammad).
Tak jauh dari jalan voorstraat dan sulthan weg (sekarang jalan Tanjungpura). Dan theng
seng hie weg (sekarang jalan Pangsuma).
Pelabuhan
ini merupakan pelabuhan rakyat pertama dan tertua yang berada di kota Pontianak.
Sampai saat ini masih bergeliat dengan segala aktifitas bongkar muat
kapal-kapal dagang tradisional. Selain juga melayani naik turun penumpang KMP
Ekspress menuju dan dari daerah Ketapang.
Letaknya
sangat strategis di tepi sungai Kapuas, di seberang kawasan istana kadriah dan
dibelakangnya dekat dengan jalan Tanjung pura. Dapat di capai dengan berjalan
kaki dari kawasan pasar Parit Besar/pasar tengah. Dengan menyusuri deretan
ruko-ruko di jalan Sultan Muhammad terus
kearah Timur. [dimuat di
Borneo Tribune, Kamis, 25 Oktober 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar