Tempat
Pot Sembahyang ini adalah yang pertama kali terdapat disini’ kata pak Gunawan.
Pada
pemugaran pertama, tempat pembuangan ini hendak dipindahkan.
Namun,
karena begitu sulit akhirnya tidak jadi. Kemudian Pot Sembahyang yang lebih
besar
di
letakkan di atasnya. Sedang yang asli masih terdapat di bawahnya.
‘Mungkin
karena sudah menyatu dengan tanah dan terlilit dengan akar-akar
pohon
beringin yang tepat berada di depannnya. Pot Sembahyang ini sekarang tepat
berada
halaman depan begitu kita masuk vihara.
Tepat
di atasnya bertuliskan Thie Tie Pe Bo.
Diatas
gapura masuk vihara terdapat keterangan yang menunjukkan tahun 1829 M sebagai
periode vihara ini. Warna merah
mendominasi hampir di sebagian besar bangunan yang dahulu lebih di kenal dengan
sebutan kelenteng tiga atau Thian Hou Keng . Tiang dan rangka bangunannya terbuat dari kayu
ulin yang di beri warna merah dan kuning emas. Di tiga pintu utama terlukis
gambar dewa-dewa Khong Hu Chu. Dan dinding dan altar terdapat patung dan
lukisan yang bermakna tentang filosofi ajaran kehidupan
Ada
beberapa bagian dalam vihara yang memiliki makna serta sejarahnya tersendiri. seperti
Pot sembahyang dewa Langit Bumi, yang konon bertarihk tahun 1673 M. Yakni pada
masa di Mancuria bertahta raja Khan hi (1662-1722). Ada juga Lonceng tua pek kong, yang konon dibawa pada tahun 1789, pada masa raja Khen Long
(1736-1796).
Dalam perkembangan sejarahnya vihara ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran
sampai seperti keadaan yang seperti sekarang ini. Salah satunya pada tahun 1906, vihara di
renovasi menjadi tiga bagian. Dewi Samudera (ma Cou), Tua Pek Kong, Na Ta cie
ce. Karena hal ini lah kemudian vihara ini juga disebut dengan kelenteng tiga. Selain itu juga pada tahun 1983, untuk
merawat , menjaga dan menjalankan keberadaan vihara ini kemudian dibentuk
yayasan Bodhisatva Karaniya Metta.
Vihara yang berada di Komplek Pasar Kapuas Indah Kota
Pontianak Kelurahan Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota ini merupakan salah
satu benda cagar budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sampai saat
ini tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan selalu ramai dikunjungi. Khususnya
pada waktu-waktu tertentu semisal setiap tanggal 1 dan 15 menurut penanggalan
imlek. Mereka yang datang tidak hanya dari seputar Pontianak namun mereka juga
datang dari luar kota.( dimuat di
Borneo Tribune, Kamis,8 November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar