Selasa, 05 Mei 2015

Mesin Uap ‘ Sumur Bor’



Besar, hitam, kokoh
Tiga kata itu mungkin yang langsung terbayang di benak kita
begitu kali pertama melihat mesin air tenaga uap ini.



Keadaan geografis serta kondisi tanah di wilayah Pontianak yang berada di delta sungai dan berlahan gambut, berpengaruh besar pada kondisi air.  Air menjadi coklat terkadang kehitaman dan payau. Ketersedian air bersih pun menjadi salah satu alasan utama.
Untuk mencukupi konsumsi sehari-hari. Air hujan awalnya menjadi satu-satu jalan keluar.  Namun kadar asam yang tinggi juga tidak begitu ramah.  Belum lagi ketika musim kemarau yang membuat hujan lebih jarang turun. Kemudian dicarilah beberapa alternatif lainnya. Mencari tempat yang memungkinkan untuk adanya sumber mata air salah satu yang dilakukan.
Keberadaan Mesin Uap Sumur Bor ini tidak terlepas akan hal itu. Sejarah mencatat, pada sekitar tahun 1930an pemerintahan Hindia Belanda membuat sebuah sumur bor dengan pipa-pipa yang ditanam,  membangun kolam, menyiapkan bak penampungan air dan menempatkan Dampfmaschine  (Mesin Uap). Di satu areal tanah sekitar 1-2 km dari batas Selatan Tanah Seribu.

Salah satu pertimbangan dibuatnya sumur bor di lokasi ini kemungkinan adalah kondisi tanah yang lebih kuat dan lebih rimbun dibanding didaerah pemukiman ‘tanah seribu’ yang  berada di tepian sungai. Terlebih berdasar peta kota Pontianak tahun 1934, tak seberapa jauh dari nya merupakan areal  Landbouw Proeftuin (Experiment gardens / kebun percontohan).
Sehingga sangat besar kemungkinan, keberadaan Mesin Uap di Sumur Bor ini adalah bagian dari kebun percontohan yang dikembangkan oleh pemerintahan Hindia Belanda di Pontianak. Berfungsi untuk menjadi sumber air dan menyalurkannya. Baik untuk  keperluan di Landbouw Proeftuin maupun untuk kebutuhan air bagi penduduk di tanah seribu.
Hal ini menjadi sangat beralasan, karena di bagian mesin ini terlihat tanda Ruston-Proctor  Company. Sebuah perusahaan manufaktur yang berdiri sejak 1857 di Lincoln, Inggris. Dan merupakan perusahaan yang memproduksi mesin dan alat-alat pertanian.
Kini mesin uap tersebut berada tepat di halaman kantor Kecamatan Pontianak Kota. Kolam penampungan sekitar 2 x 6 meter masih terlihat sedikit di belakang mesin uapnya. Namun bak penampuangan air sudah tak terlihat lagi, hanya beberapa patok kayu belian yang tersisa. Sedang pipa-pipa yang ditanam juga sudah tak diketemukan lagi. Kemungkinan dulunya pipa ini berada dari lokasi kolam memanjang sampai keareal tanah di belakang SMP.
Berbicara tentang fungsi mesin uap sekarang ini memang sudah tidak relevan lagi karena tekhnologi telah berkembang. Namun berkaitan dengan sejarah, keberadaan Mesin Uap  yang berada tepat di halaman kantor Kecamatan Pontianak Kota, Jalan Pangeran Natakusuma  Kelurahan  Sungai Bangkong  Kecamatan Pontianak Kota ini menjadi satu bagian yang tak mungkin terpisahkan dalam perjalanan kota Pontianak. Untuk itulah meskipun bukanlah sebuah bangunan, mesin uap sumur bor ini telah ditetapkan sebagai salah satu  benda cagar budaya.

Sedikit perawatan dengan mengecat, memasang bagian yang telah copot  mungkin akan membuat keberadaan mesin uap ini menjadi lebih kokoh dan bersahaja. Dan memberikan informasi  tentang sejarahnya. Pasti akan sangat bermanfaat bagi semua. Bukan hanya untuk bernostalgia dengan sejarah, namun lebih dari itu, untuk  mengambil makna  dari usaha, keberadaan dan perjalanan waktu. [dimuat di Borneo Tribune,  Minggu, 11 November 2012]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar