Senin, 04 Mei 2015

Mesjid Jami Pontianak/ Mesjid Jami Sultan Syarief Abdurahman



Ada ungkapan yang mengatakan ’belum ke Pontianak bila belum ke Mesjid Jami’.
Alasannya sederhana saja, karena bangunan inilah yang pertama kali di bangun.
Dan kemudian menjadi cikal bakal daerah ini menjadi kota Pontianak.


 Setelah mengambil air wudhu di beranda sebelah kanan,  lalu 2 rakaat tahiyatul mesjid. Kesan tenang dan tentram mungkin akan anda rasakan. Bagaimana tidak? secara material, jarak lantai mesjid dengan langit-langit membuat tinggi bangunan di dalam mesjid ini memberikan ventilasi, sirkulasi udara yang sangat baik. Di serambi mesjid tak seberapa jauh dari tempat mengambil air wudhu, terdapat sebuah beduk besar dari kayu belian, dengan 4 tiang kayu penyangga. 
 Berada di kawasan tanah delta sungai, pondasi-pondasi  mesjid ini berada sekitar satu meter dari permukaan tanah. Diluar ruangan terdapat tiang-tiang pinggir yang berfungsi sebagai penyangga atap, kusen pintu,  jendela, serta serambi. Pada bagian atas jendela terdapat kaca-kaca kristal berwarna merah, biru, hijau dan merah muda.  Coba anda perhatikan sejenak bentuk serta ukuran  pintu dan jendela mesjid. Cukup besar’ mungkin sedikit banyak mirip dengan pintu bergaya eropa.


Bangunan mesjid ini ditopang  atas enam tiang penyangga utama. Terdiri dari kayu belian utuh berbentuk bulat, dengan garis tengah sekitar 60cm. Juga terdapat 14 buah tiang pembantu berbentuk segi empat.  Didalam mesjid sendiri terdapat mimbar yang diatasnya terdapat papan bertuliskan huruf arab yang menyatakan bahwa mesjid ini dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari selasa bulan Muharram tahun 1237 H.
Mesjid Jami Pontianak, sebagai tempat beribadah pertama kali dibangun  tahun 1771. Berdiri di lahan seluas 6.755 m2, dengan  luas bangunan mesjid 922,91 m2   (panjang 33,27m x lebar27,74 m). Pada bulan Muharam 1237 H atau pada tahun 1821 masehi.  Sultan Syarif Usman, yang kala itu sebagai sultan ke tiga,  membangun kembali bangunan mesjid Jami’ ini. Berbagai penyempurnaan pembangunan oleh para Sultan setelahnya  menjadikan bangunan mesjid seperti yang dapat kita lihat seperti sekarang ini.
Ketika nanti ada kesempatan (lagi) anda berkunjung ke mesjid jami ini. Dari halaman atau kejauhan cobalah perhatikan bagian atas bangunan. Maka anda akan melihat salah satu yang menjadi ciri khas mesjid ini.  Yakni atap mesjid jami yang terdiri dari empat tingkat. Dengan berbahan sirap bangunan atapnya makin ke atas semakin kecil.  Pada setiap tingkatan atap terdapat  jendela berukuran kecil. Dan atap yang paling atas berbentuk kubah. Bentuk ini memiliki kesesuaian dengan bagian atas istana kesultanan al Kadriah. 

Terletak di sebelah Timur sungai Kapuas Besar. Di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak timur. Tepatnya  di depan Istana Kadriah. Mesjid Jami’ dapat dijangkau dengan menggunakan sampan dari Parit Besar/Pelabuhan Seng Hie atau dengan kendaraan pribadi mobil dengan melewati  jembatan Kapuas I. [dimuat di Borneo Tribune,  Rabu,  24 Oktober 2012]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar