Senin, 04 Mei 2015

Pelabuhan Seng Hie




 
Sore itu tampak beberapa kapal barang tradisional sedang bongkar muat.
Memindahkan barang-barang yang di bawanya ke dalam  truk ukuran sedang. 
Di areal parkir pelabuhan, beberapa truk  nampak bersiap-siap.
Di antara hiruk pikuk pelabuhan, terlihat beberapa pria setengah baya asyik memancing.
‘dah banyak dapat bang?’ tanya saya. Belum katanya singkat.
Saya pun beranjak menuju arah pintu depan, mencari prasasti pelabuhan.
Agak tersembunyi juga letaknya. Berada diantara tiang bendera,
tak seberapa jauh dari pagar kawat yang memisahkan jalan  dengan pelabuhan.
Pada prasasti dari batu marmer berwarna hitam tertulis
‘Pangkalan
Seng Hie.
Pelabuhan Niaga Tertua
di Kota Pontianak’




Tak terdapat informasi yang menjelaskan kurun waktu tertentu atau kapan pertama kali pelabuhan ini ada. Atau bagaimana sejarah dan keberadaan pelabuhan ini. Yang jelas  penamaan pelabuhan ini tidak terlepas dari  nama seorang pengusaha keturunan Cina bernama Than Seng Hie. Seorang pengusaha di bidang hasil bumi.
Setelah sekian lama melakukan kegiatan perdagangannya, sekitar tahun 1930-an usaha yang dibangunnya mengalami kemunduran. Sehingga kemudian  ia  menjual rumah dan tanahnya kepada pihak keuskupan Pontianak. Yang diperkirakan pada masa kepemimpinan Uskup Mosieur Pasisficus Bosch.  Rumah kediaman Than Seng Hie sendiri, kemudian menjadi R C Vicarage and Chinesechapel. Sekarang menjadi gereja gembala baik, setelah mengalami renovasi dan pemugaran besar-besaran pada tahun 1981. 

Berdasarkan Platte Grond Van de Hoofdplaats Pontianak, 1  Maart 1934 (peta Pontianak 1934). Kawasan pelabuhan Seng Hie ini berada di Kapoeas weg. Terusan dari Pasar Besar weg (kedua jalan tersebut kini menjadi jalan Sultan Muhammad).  Tak jauh dari jalan voorstraat dan sulthan weg  (sekarang jalan Tanjungpura). Dan  theng seng hie weg (sekarang jalan Pangsuma).
Pelabuhan ini merupakan pelabuhan rakyat pertama dan tertua yang berada di kota Pontianak. Sampai saat ini masih bergeliat dengan segala aktifitas bongkar muat kapal-kapal dagang tradisional. Selain juga melayani naik turun penumpang KMP Ekspress menuju dan dari daerah Ketapang.

Letaknya sangat strategis di tepi sungai Kapuas, di seberang kawasan istana kadriah dan dibelakangnya dekat dengan jalan Tanjung pura. Dapat di capai dengan berjalan kaki dari kawasan pasar Parit Besar/pasar tengah. Dengan menyusuri deretan ruko-ruko di  jalan Sultan Muhammad terus kearah Timur. [dimuat di Borneo Tribune,  Kamis, 25 Oktober 2012]






Tidak ada komentar:

Posting Komentar